Worry does not empty tomorrow of its sorrow;
it empties today of its strength.
~ Corrie Ten Boom
~ Corrie Ten Boom
Melewati
beberapa jalan di Jakarta, tak jarang kita mendengar suara musik yang sedikit
memekakkan telinga yang keluar dari alat pengeras suara yang dipasang
dipinggiran jalan. Musik yang diperdengarkan berkisar lagu rock dan lagu
dangdut, dua genre musik yang
kadangkala memiliki penggemar yang sangat kontras berbeda dan juga musik yang
berada di grey area, oleh karena
penggemarnya sangat majemuk dan cukup banyak terutama dari kalangan kaum muda
yang cenderung enerjik.
Musik yang
diputar bukanlah datang dari sebuah hajatan perkawinan yang biasanya juga
mengundang kelompok musik dangdut untuk memeriahkan acara hajatan tersebut,
tapi datang dari sekelompok para penjual kendaraan bermotor roda dua yang
berusaha menarik perhatian dari pejalan kaki maupun pengendara kendaraan
bermotor untuk singgah atau sekedar membaca brosur harga kendaraan yang
dibagikan oleh gadis-gadis cilik yang bertebaran di sepanjang jalan tersebut.
Ternyata kiat
untuk menjual produk otomotif saat ini tidak seperti cara-cara lama yang
konvensional dengan menunggu pembeli berdatangan ke showroom mobil atau motor.
Penjual sudah sangat aktif untuk memburu konsumen hingga menggunakan cara-cara
yang kadangkala diluar dugaan. Semua area atau lokasi bisa dijadikan tempat
untuk menjajakan kendaraan. Tidak hanya di showroom, penjual telah merambah
hingga ke mall-mall dan pusat perbelanjaan , event-event publik hingga
menjajakan kendaraan dengan membawa
kendaraan langsung dalam mobil bak terbuka dikawasan-kawasan yang ramai
pengunjung. Bila kita amati secara lebih seksama, cara menjual produk seperti
ini tak beda ibaratnya dengan pedagang “mindring” dari Tasikmalaya Jawa Barat
yang menjual produk kelontong kekampung-kampung, langsung ke konsumen, dengan
tak lupa buku kecil catatan pelanggan kredit menyertainya.
Begitu
gencarnya penjual untuk menggaet pembeli ini tidak hanya menyiratkan begitu
ketatnya persaingan di sektor ini, walaupun barang yang dijajakannya tidaklah
murah, namun kiat untuk mengunjungi konsumen langsung dan bahkan kadangkala
juga menyediakan kendaraan yang siap dicoba menunjukkan bahwa cara-cara
konvensional dengan duduk manis menunggu di balik counter showroom bukanlah pilihan yang tepat dipergunakan dalam
persaingan yang ketat dewasa ini.
Kecepatan dan kemudahan
akses untuk mendapatkan produk serta dapat melihat dan merasakan performa
langsung juga menjadi hal yang utama disamping harga dan kemudahan cara serta
besaran pembayaran. Bukan rahasia umum bahwa dengan biaya uang muka hanya
sebesar Rp. 500.000,- seseorang telah dapat membawa sebuah kendaraan baru
pulang kerumah. Banyak arisan kendaraan yang biasa dilakukan di
instansi-intansi pendidikan dan pemerintah dengan terpaksa bubar dengan
sendirinya, mengingat kendaraan roda dua yang dulunya terasa mewah sehingga
membutuhkan mekanisme arisan bergilir untuk mendapatkannya sekarang dapat
dilakukan dengan mencicil langsung secara lebih murah, tanpa menunggu giliran
untuk mendapatkan kendaraan. Demikian pula leasing dan koperasi-koperasi
karyawan yang dahulunya sangat alergi untuk menyediakan atau menjual kendaraan roda
dua sekarang sudah menjadi agen penyalur penjualan dengan melakukan kerjasama
dengan distributor terdekat. Demikian pula perusahaan banyak yang telah
memperluas program benefitnya dengan menyediakan fasilitas Motorcycle Ownership Program (MOP - program kepemilikan kendaraan
bermotor) bagi karyawannya.
Sejalan dengan
perjalanan waktu, produsen juga mencermati bahwa perubahan prilaku konsumen
sangat berpengaruh pada tingkat penjualan termasuk siapa sebagai endorser atau penentu pembelian sebuah
produk. Tidak bisa dipungkiri bahwa telah terjadi pergeseran penentu pembelian,
yang dahulunya sangat ditentukan oleh orang tua sekarang telah bergeser ke
generasi mudanya. Perubahan ini juga berdampak pada jenis kendaran yang
ditawarkan. Banyak event yang diselenggarakan oleh produsen guna mendukung branding produknya, dari acara yang
terkesan mewah nonton bareng GP 500, mendatangkan pembalap asingnya untuk kongkow-kongkow
di Indonesia hingga bahkan maraknya acara sekelas jalanan yaitu ‘road race” diselenggarakan dimana-mana.
Produsen juga memahami pergerakan dan pertumbuhan gender, terbukti dengan larisnya penjualan motor skutik yang
terkenal sebagai motor yang diperuntukkan bagi wanita muda yang enerjik.
Dipelopori oleh Jetmatik Kymco, Yamaha mengeluarkan Yamaha Mio untuk
mendongkrak penjualannya untuk menyaingi laju penjualan Honda. Melihat peluang
yang cukup besar itu, membuat Honda tidak mau ketinggalan dan me-launching Honda Scoopy, untuk meredam
sepak terjang Yamaha Mio.
Bila kita menyimak persaingan di sektor ini tak
dapat dipungkiri bahwa ada dua pemain besar yang selalu bersaing untuk mengejar
posisi sebagai market leader. Kedua
merk tersebut adalah Honda dan Yamaha. Dengan didukung oleh jaringan bisnis
yang kuat dari prinsipalnya serta penguasaan jaringan dan distribusi serta after sales service yang cukup mumpuni,
kedua merk tersebut silih berganti merajai distribusi dan penjualan kendaraan
roda dua di Indonesia. Sebagai gambaran berdasarkan data penjualan yang
dimiliki YMKI (Yamaha Motor Kencana
Indonesia-distributor penjualan kendaraan roda dua merk Yamaha) yang dirilis
oleh Asosiasi Indiustri Sepeda Motor Indonesia (AISI) terlihat bahwa dari tahun
2005 hingga tahun 2011 terjadi peningkatan yang signifikan dari kedua merk
kendaraan ini disamping beberapa merk kendaraan lainnya. Kedua produk saling
berusaha merebut posisi sebagai market leader. Dari data menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 Yamaha berhasil melakukan penjualan sebesar 1.224.669 unit pertahun,
atau sekitar 24,2 %, sedangkan Honda melakukan penjualan sebesar 2.648.157 unit
atau sekitar 52,4 %, berarti ada 23.4 % dikuasai oleh merek lain. Dari angka
tersebut terlihat bahwa total penjualan kendaraan pada saat itu adalah sebesar
5.055.908 unit. Tahun 2006, terjadi peningkatan penjualan di merk Yamaha
menjadi 1.458.561 unit atau 32,9 % sedangkan Honda bertahan diangka 2.340.168
unit atau sekitar 52,8 %. Bila dilihat
angka tersebut berarti untuk tahun ini angka penjualan sebesar 4.432.589 unit
atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Di tahun 2007, Yamaha kembali
membukukan peningkatan penjualan menjadi 1.833.506 unit atau sekitar 39,1%
sedangkan Honda mengalami penurunan kembali menjadi 2.140.989 unit atau
menguasai 45,7% pangsa pasar. Total penjualan tahun 2007 ini berarti sejumlah
4.686.905 unit.
Penjualan
kendaraan roda kembali menggeliat di tahun 2008, dimana Yamaha berhasil
membukukan penjualan 2.465.546 atau 39,6%, sedangkan Honda kembali bangkit
dengan berhasil membukukan penjualan sebesar 2.874.576 unit atau 46,2%, jadi
total penjualan tahun ini sebesar 6.297.314 unit. Pada tahun 2009, penjualan
Yamaha sebesar 2.650.992 unit sedangkan Honda sebesar 2.701.278 unit. Total
penjualan berkisar 5.352.270 unit atau lebih. Pada tahun 2010, penjualan Yamaha
sebesar 3.326.380 unit atay 45,1 %
sedangkan Honda sebesar 3.416.049 unit atau 46,4 %, jadi total penjualan tahun
ini sebesar 7.368.775 unit.
Bila kita
hitung produksi kendaraan bermotor roda dua dari tahun 2005 hingga tahun 2010,
menunjukkan angka yang cukup mencengangkan yaitu total produksi kendaraan roda
dua adalah sebesar 40.562.536 unit dalam waktu 6 tahun. Suatu pertumbuhan produksi
dan penjualan yang spektakuler. Yang menjadi pertanyaan kemanakah kendaraan
roda dua ini berada, sedangkan volume ekspor dirasa tidaklah terlalu besar. Sensus
pendudk tahun 2010 menunjukkan bahwa total penduduk Indonesia sebesar
237.641.326, sedangkan usia antara 15 hingga 49 tahun (yang diperkirakan mampu
dengan baik untuk menggunakan kendaraan roda dua) berjumlah 130.984.460 (Data
BPS hasil sensus penduduk 2010), jadi rasio produksi dan penjualan kendaraan
bermotor terhadap usia pengguna adalah sebesar 0.31, maka tidaklah mengherankan
bila jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar penuh sesak oleh kendaraan roda
dua ini, belum termasuk pengguna kendaraan roda empat.
Dengan
pertumbuhan penjualan sebesar itu sedangkan pertumbuhan jalan yang hanya
sebesar 6,95 % dari 332.730 km di tahun 2004 menjadi 355.856 km di tahun 2008 (sumber : Prof. Firmanzah,
Metro News) bisa kita bayangkan rasio jumlah kendaraan roda
dua dibandingkan dengan panjang jalan adalah 114 motor / km, dan bila panjang motor
rata-rata 1.8 m/motor, berarti bila setiap kendaraan jalan berurutan maka
antara 1 kendaraan dengan kendaraan lain hanya membutuhkan 4.86 m jaraknya.
Bisa dibayangkan betapa crowded nya
jalan raya kita bila semua motor keluar secara bersamaan.
Berdasar
data-data statistik diatas maka perlu menjadi perhatian semua stakeholder
transportasi dan perhubungan baik itu Kepolisian, Dept. Perhubungan, Dept. Pekerjaan
Umum, para pengguna kendaraan, Pemerintah Pusat dan Daerah, Pengamat Pertransportasian
dan para Akademisi, Pengusaha Jasa Transportasi, Pengusaha dan Industry
otomotif dan Penunjangnya, untuk dapat merumuskan kebijakan strategis secara
bersama-sama baik itu yang bersifat umum maupun sektoral. Dept. Pekerjaan Umum
sudah harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan serta penunjangnya,
dan tetap menjaga pertumbuhan jalan secara rasional. Pemerintah Pusat dan Daerah
diharapkan kreatif untuk menciptakan system transportasi masal sehingga bisa
meminimalisasi inefisiensi akibat kemacetan jalan raya. Industry Otomotif harus
secara kretaif mengembangkan ekspor untuk mengerem penjualan dalam negeri,
sehingga pertumbuhan produksi tetap terjaga tanpa mengurangi pemasukan dan
lapangan kerja. Aparat Kepolisian, benar-benar dapat menjamin penegakan hukum
bagi pelanggaran-pelanggaran transportasi. Pengamat Pertransportasian dan Akademisi dapat memberikan masukan yang konstruktif
bagi peningkatan layanan dan system pertransportasian melalui kajian-kajian
ilmiahnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah pengguna jalan atau masyarakat,
harus secara bijaksana dapat menggunakan wahana transportasi yang tepat dan
efisien tanpa mengurangi mobilitas yang diperlukan. Bila semua stakeholder dapat bergerak bersama
dengan visi yang sama dan terintegratif dan sinergis maka niscaya permasalahan
pertransportasian dapat dipecahkan bersama-sama tanpa satupun merasa kehilangan
muka, kehilangan peran ataupun menurun pendapatannya. Tarikkkkkk manggggggg……